Kamis, 30 April 2015

suatu hari - part II

Suatu malam di tahun 2011, gadis berseragam putih biru kembali bermimpi. Ia berada di salah satu tepian danau kampung halamannya. Bersama sang adik yang berseragam putih biru. Gadis berseragam putih abu-abu dan adik berseragam putih biru melangkah di atas lantai batu di depan pondok kecil di tepi danau. Langkah mereka terhenti kala seorang pemuda berbaju putih muncul dari sisi yang berbeda. Pemuda itu berkaca mata. Ia tersenyum. Dan gadis berseragam putih biru membalas senyumannya.
Pemuda berkacamata bertanya, “Apa yang kau lakukan disini?”
Gadis berseragam putih abu-abu menjawab, “Ini kampung halamanku.”
Pemuda berkaca mata mampir ke rumah gadis berseragam abu-abu. Bercengkrama, bercanda dan menonton televisi bersama. Dan lagi, gadis berseragam putih abu-abu terbangun. Ia kesal dan bahagia.
Suatu hari di tahun 2011 setelah mimpi itu datang. Gadis berseragam putih abu-abu kembali melihat pemuda berkaca mata. Lagi, dari kejauhan dan hanya punggungnya saja.
Suatu malam di tahun 2012. Gadis berseragam putih abu-abu kembali bermimpi. Gadis berseragam putih abu-abu berada di rumah salah satu keluarganya. Mereka mengadakan persiapan pesta. Teman-teman kecil gadis berseragam putih abu-abu juga ada di sana. Ikut membantu. Saat itu gadis berseragam putih biru tengah mendengarkan pengarahan salah satu keluarganya sambil memegang segulung selang. Tiba-tiba, seorang pemuda tidak dikenal meraih selang itu dan mengantikan posisi gadis berseragam putih abu-abu. Saat gadis berseragam putih abu-abu melihat wajah pemuda itu, ia mengenalnya. Dia adalah pemuda berkaca mata. Dengan baju kaus putihnya. Ia tersenyum kearah gadis bereragam putih abu-abu. Gadis berseragam putih abu-abu membalas senyumannya. Begitu juga dengan teman-teman kecil gadis berseragam putih abu-abu.
Setelah persiapan pesta telah selesai gadis berseragam putih abu-abu berbincang-bincang dengan pemuda berkaca mata. Di tepi sebuah danau. Saat cahaya matahari yang terik menimbulkan bayangan dedaunan yang melindungi tempat mereka bercengkrama.Pemuda berkaca mata bercerita tanpa henti. Gadis berseragam putih abu-abu mendengarkan tanpa letih. Mereka tertawa. Tertawa. Dan tertawa. Namun gadis berseragam putih abu-abu merasa ada yang aneh.
Suatu sore di hari yang sama di alam mimpi di tahun 2011, pemuda berkaca mata mengantar gadis berseragam putih abu-abu kembali ke rumahnya. Pemuda berkaca mata masih menceritakan kisahnya tanpa henti. Hingga gadis berseragam putih abu-abu disambut oleh teman-teman kecilnya. Pemuda berkaca mata pamit untuk pulang dan melambaikan tangan saat tubuhnya mulai menjauh dengan senyuman di pipinya. Teman-teman kecil gadis berseragam putih abu-abu bertanya dengan antusias tentang apa yang mereka bicarakan. Gadis berseragam putih abu-abu menjawab sambil tersenyum. Namun hatinya terasa pedih. Dan ia ingin menangis. Namun ia tersenyum kearah teman-teman kecilnya.
Suatu pagi di tahun 2011. Gadis berseragam putih abu-abu terbangun dari mimpinya. ia tidak kesal dan tidak bahagia. Ia hanya merenung dan merenung. Apa maksud dari mimpinya?
Suatu hari di tahun 2013. Gadis berseragam putih biru telah tumbuh menjadi gadis bersepatu kets. Gadis bersepatu kets bertemu teman-teman baru. Bertemu bahasa baru. Bertemu tanah baru. Namun dengan langit yang tidak baru.
Gadis bersepatu kets tidak pernah lagi memimpikan Pemuda berkaca mata. Ia tidak pernah lagi melihat punggung pemuda berkaca mata. Ia tidak pernah lagi melihat dari kejuahan. Ia tidak pernah lagi mengintip dari balik  bahu teman-temannya. Ia telah lupa walau ia tidak melupakan.
Suatu malam di bulan maret di tahun 2015. Setelah sekian lama, gadis bersepatu kets kembali bermimpi. Si pemuda berkaca mata datang menghampirinya dan sambil tersenyum menyapa gadis bersepatu kets. Menanyakan, “bagaimana kabarmu?” dengan wajah polos seoalah tidak pernah terjadi apa-apa. Dan sigadis bersepatu kets hanya memandangnya dengan bingung.
Suatu pagi setelah mimpi itu datang di tahun 2015. Gadis itu terbangun dari tidurnya. Berjalan ke kamar mandi dan membasuh muka. Melihat wajahnya di kaca yang tertempel di dinding. Dan bertanya, “Apa maksudnya?”
Pertanyaan itu masih berlum terjawab hingga akhir bulan maret di tahun 2015.

Gadis berbaju hitam mengakhiri ceritanya dan menunggu tanggapan dari gadis berbaju abu-abu dan gadis berbaju putih.  Mereka tertegun, memperhatikan wajah gadis berbaju hitam yang menunduk memperhatikan coretan-coretan yang baru saja ia buat di atas meja. Ia mengangkat kepalanya dan mendapati dua pasang mata memandangnya. Dua pasang mata itu agak sembab. Ada bekas usapan di bawahnya.
Gadis berbaju hitam tertawa. Tidak menduga kisahnya akan membuat dua pasang mata meneteskan sebutir air mata. Gadis berbaju abu-abu dan gadis berbaju putih juga ikut tertawa. Tidak menyangka kisah gadis berbaju hitam akan membuat sepasang mata mereka mengeluarkan sebutir air mata.
Gadis berbaju hitam berkata, “Terlalu menyedihkan untuk di ceritakan bukan?”
Gadis berbaju abu-abu menjawab, “Tapi memberi sebuah semangat, tidak selamanya kita berdiri di tempat yang sama,”
Gadis berbaju putih manambahkan, “Tapi sungguh indah,” sambil menebar senyuman.

Gadis berbaju hitam, gadis berbaju abu-abu dan gadis berbaju putih tersenyum bersama.

Kamis, 09 April 2015

Suatu hari - Part I

Suatu hari di penghujung bulan maret, tiga orang sekawan tengah berada di dalam kelas. Gadis berbaju abu- abu sibuk dengan laptopnya. Gadis berbaju putih berdiri di samping gadis berbaju abu-abu. Memantau dan membimbing gadis berbaju abu-abu. Gadis berbaju hitam berjalan di antara teman-teman yang juga disibukkan dengan laptop mereka. Kemudian gadis berbaju abu-abu memanggil gadis berbaju hitam. Iapun langsung menuju gadis berbaju abu-abu dan mengikuti arah jari gadis itu. Ia meminta pendapat atas karya yang sedang ia kerjakan. Gadis berbaju hitam mengomentari dan sedikit mengarahkan.
Tiba-tiba, gadis berbaju abu-abu berbisik, “Apa kau menyukai seorang pria?”
Gadis berbaju putih menambahkan, “Kenapa kau tidak pernah bercerita? Apa kau baik-baik saja?”
Gadis berbaju hitam menjawab dengan tegas, “Tentu saja aku baik-baik saja!” gadis berbaju hitam menarik nafas, “Dulu aku pernah mengalaminya, hanya terlalu malu untuk menceritakan, karena terlalu menyedihkan.”
Gadis berbaju abu-abu memberi umpan, “Apa kau dicampakkan?”
Gadis berbaju putih menambahkan, “Apa dia bersama dengan temanmu?”
Gadis berbaju hitam membantah, “Tentu saja tidak! Tentu saja Tidak!”
Gadis berbaju abu-abu dan berbaju putih melemparkan pertanyaan, “Lalu?”
Gadis berbaju hitam memperhatikan wajah kedua temannya dan menjawab, “Baiklah, aku akan menceritakannya dengan cara yang berbeda. Pasang kuping kalian, simak dengan seksama,” kata gadis berbaju hitam, “Suatu hari di tahun 2006….”

Suatu hari di tahun 2006, seorang gadis berseragam merah putih keluar dengan gontai dari ruangan kelasnya yang dipenuhi bangku dan meja berwarna coklat. Lapangan berwarna hijau ia tapaki satu persatu dengan santai. Anak tangga di ujung lapangan ia turuni dengan hati-hati. Teman-teman yang tidak ia ketahui nama mereka dilewatinya dengan menebar senyuman sesekali. Gerobak-berobak makanan yang selalu ia hampiri hanya dilewatinya sambil menggenggam erat uang recehnya. Menahan selera demi sampai di rumah yang dipenuhi makanan lezat.
Ia menaiki sebuah mobil berwarna kuning yang selama enam tahun telah menjadi mobil antar jemputnya. Pengemudinya sangat baik. Bersedia dibayar 500 perak setiap kali ada penumpang yang turun di depan rumah mereka. Si gadis berseragam merah putih duduk disebelah kaca jendela yang terbuka. Menyaksikan kendaraan roda empat yang bukan miliknya lalu-lalang di depan bola matanya yang liar. 
Ia tertegun sejenak, saat ia melihat empat anak laki-laki berjalan melintasi persimpangan tepat di samping mobil antar-jemputnya. Mereka masih mengenakan setengah seragam sekolah mereka. Celana berwarna biru tua dan atasan yang bukan seragam sekolah. Mereka telihat seperti empat anak laki-laki yang hendak menuju sekolah kedua mereka.
Awalnya ia hanya memperhatikan empat anak laki-laki itu sebagai empat orang anak laki-laki. Hingga ia melihat seorang anak laki-laki berkacamata mengenakan baju kaus merah muda. Ia tertegun cukup lama. Anak laki-laki itu menarik perhatiannya. Tapi hanya itu. Anak laki-laki itu hanya seorang anak manusia yang memiliki wajah yang lebih rupawan dari teman-temannya. Itu saja.
Mobil antar-jemput gadis berseragam sekolah itu menyala dan maju dengan perlahan. Empat anak laki-laki itu tertinggal di belakang mobil antar-jemputnya.

Suatu hari ditahun 2007, gadis berseragam merah putih telah tumbuh menjadi gadis berseragam putih biru. Mobil antar-jemputnya tidak lagi berwarna kuning. Kini mobil antar-jemputnya berwarna-warni. Kadang merah, kadang hijau, kadang biru. Kini uang yang selalu ia genggam bukanlah receh 500, namun secarik kertas bertuliskan 1000 rupiah.
Disuatu hari yang tidak terduga, ia bertemu dengan anak laki-laki berkaca mata. Kali ini dengan seragam putih biru. Namun tetap saja menarik perhatiannya. Gadis berseragam putih biru tanpa sadar tersenyum. Bahagia mungkin. Kemudian dia kembali murung. Anak laki-laki berseragam putih biru itu satu tingkat diatasnya. Cukup jauh untuk diraih dengan bola matanya yang masih liar. Karena itu terkadang ia hanya bisa melihat punggung anak laki-laki berseragam putih biru itu saja, atau mengambil celah kecil di balik bahu temannya.
Suatu malam yang dingin, ia mengirimkan pesan kepada teman kecilnya. Menceritakan kisahnya. Dan temannya terenyum-senyum bahagia.
Suatu siang yang cerah, perkumpulan yang diikuti gadis berseragam putih biru berkumpul di lapangan pasir bersemen. Hendak mendiskusikan suatu hal. Si gadis berseragam putih biru antusias. Tidak disangka, anak laki-laki berseragam putih biru berada di perkumpulan yang sama. Tidak disangka.
Dari jauh, seorang gadis berseragam putih biru berbisik dengan suara yang keras kearah teman laki-laki berseragam putih birunya. Ia berkata, “Bukankah dia yang menyukai teman kita?” bisiknya sambil memandang kearah gadis berseragam putih biru. Gadis berseragam putih biru itu memerah, namun berlagak tidak peduli.
Suatu menit di hari yang cerah, gadis berseragam putih biru berada di kamar yang dipenuhi air mengalir. Gadis itu mencuci tangan. Ia hendak keluar. Langkahnya terhenti. Gadis berseragam putih biru yang tadi berbisik dengan teman laki-laki berseragam putih birunya masuk. Ia bertanya, “Apa kau gadis yang menyukai teman berkaca mata kami?”
Gadis berseragam putih biru panik, ia menjawab, “Tidak, bukan. Siapa yang mengatakannya? Aku pergi dulu,” dan gadis berseragam putih biru keluar dengan muka merah. Malu dan marah. Ia melangkah tergesa-gesa. Menemui teman kecilnya dan bertanya. Teman kecilnya membantah. Dan bersumpah. Gadis berseragam putih biru percaya dan tidak berfikiran buruk.
Suatu hari di bulan november tahun 2007. Perkumpulan gadis berseragam putih biru mengadakan acara makan bersama. Untuk mepererat ikatan persaudaraan yang terjalin tanpa hubungan darah. Untuk mengisi waktu jeda, diadakan pertunjukan dadakan. Di pilih secara acak. Secara acak. “Bagaimana kalau adik dari teman berkaca mata kita saja?” tunjuk teman anak laki-laki berkacamata kearah gadis berseragam putih biru. Gadis berseragam putih biru kalut. Dan bertanya, “Apa maksudnya?” dalam hatinya.
Suatu hari yang cerah ditahun 2007, perkumpulan gadis berseragam putih biru berkumpul kembali. Gadis berseragam putih biru hanya menunduk menyembunyikan muka merahnya. Anak laki-laki berkaca mata berdiri di depannya. Berbincang dengan teman si gadis berseragam putih biru. Gadis berseragam putih biru hanya bisa menunduk dan menunduk.
Suatu hari ditahun 2008, perkumpulan gadis berseragam putih biru mengikuti perlombaan. Gadis berseragam putih biru, teman kecil dan beberapa teman berseragam putih birunya menjadi perserta perlombaan. Dan lagi, anak laki-laki berkaca mata juga menjadi peserta. Tingkatan anak laki-laki berkacamata berada satu tingkat di atas gadis berseragam putih biru. Dan mereka akan selalu berada di posisi yang sama hingga perlombaan berakhir. Sepanjang hari di tahun 2008 adalah hari yang mendebarkan bagi gadis berseragam putih biru.
Sepanjang hari di tahun 2009. Gadis berseragam putih biru tidak lagi dapat melihat anak laki-laki berkaca mata. Anak laki-laki berkaca mata telah menjadi pemuda berkaca mata dengan seragam putih abu-abu. Sesekali gadis berseragam putih biru berharap melihat pemuda berkaca mata keluar dari balik pintu rumahnya yang selalu dilewati gadis berseragam putih biru dengan mobil antar jemputnya. Walau ia tahu, pemuda berkaca mata tidak lagi mendiami tempat yang sama. Tapi gadis berseragam putih biru selalu berharap.
Suatu malam di tahun 2010. Gadis berseragam putih biru telah berubah menjadi gadis berseragam putih abu-abu bermimpi. Gadis itu bertemu dengan pemuda berkacamata. Pemuda itu tersenyum kearahnya dan menyapa. Dan gadis berseragam putih abu-abu itu terbangun. Dia kesal dan bahagia. Dalam dunia nyata tidak pernah bertemu dalam mimpi sudah cukup.

Suatu hari di tahun 2010 setelah mimpi itu datang, gadis berseragam putih abu-abu melihat pemuda berkacamata. Lagi, dari kejauhan dan hanya punggungnya saja.

to be continued :)