Keesokan paginya setelah mereka menyantap sarapan,
mereka melanjutkan perjalanan. Lebih cepat dari sebelumnya karena mereka merasa
sesuatu sedang mendekat. Ditambah lagi mereka telah memasuki hutan bagian
dalam. Disini pohon-pohon tumbuh berdekatan dan memiliki dahan yang tidak
begitu tinggi. Cahaya matahari juga bertambah sulit untuk menerobos masuk.
Mengakibatkan hutan terasa lembab dan tanahnya menjadi lembek. Bau tanah yang
basah semakin keras tercium ketika mereka memasuki hutan lebih dalam. Saat rasa
lapar dan haus menyerang, mereka memutuskan untuk tidak menyantap makanan
karena kondisi hutan yag menyebabkan nafsu makan mereka menurun. Untuk meneguk
minuman saja mereka enggan karena bau yang di timbulkan.
Saat matahari condong kearah
timur mereka sedikit memperlambat langkah karena hutan semakin padat. Mereka
juga turun dari kuda masing-masing karena dahan semakin rendah.
Ketika hutan semakin padat
Ketika dahan semakin rendah
Tanahpun berwarna hitam dan lunak
Baunya akan membuatmu meminta kepada Tuhanmu untuk
mengambil hidungmu
Kau akan melihat sebuah kolam berwarna hitam pekat
Percayalah airnya tidak pekat seperti yang terlihat
Orang menyebutnya jantung Delga
Lihat!!
Di belakangmu!!
Mengendap dan mengendus
Ia sedang kelaparan
Mencari orang yang berani memijakkan kaki di tanahnya
Matanya berwarna merah
Dari hidungnya keluar uap dan mulutnya berbuih
Kulitmu akan terbakar jika terkena ludahnya
Tubuhnya besar berwarna hitam
Tangannya panjang dan cakar yang tajam
Slocumb, itulah namanya
Seorang prajurit menyanyikan
sebuah syair ketika mereka berjalan mendekati sebuah kolam. Kolam itu
mengeluarkan bau yang tidak sedap, airnya berwarna hitam pekat.
“Kau percaya akan syair itu?”
tanya prajurit lain.
“Kau tahu itu hanyalah syair
yang dibuat para pengembara agar kisah mereka menjadi menegangkan,” jawab
prajurit yang berjalan paling depan.
“Walau aku baru mendengar syair
itu aku merasa itu benar-benar ada,” tutur Vlow mulai merinding.
“Kau takut?” tanya Gerald
sedikit mengejek.
“Ya, sedikit,”
“Slocumb... slocumb itulah namanya,” prajurit itu menyanyikan syair
itu kembali.
“Lary, kau menakuti tamu kita,”
tutur Skriel menghentikan tingkah temannya.
Larypun diam mematuhi perintah
komandannya. Dan ia mulai berisul-siul riang. Saat ia sedang mendendangkan
siulannya terdengar suara berat seperti gemuruh dari belakang mereka.
“Vav, suara perutmu semakin
mengerikan,” ujar Vlow mengejek.
“Itu bukan suara perutku,”
bantah Vav segera.
“Sepertinya syair itu
benar-benar ada,” celetuk seorang prajurit yang berjalan paling belakang sambil
membalikkan badannya.
Mendengar pernyataan teman
mereka, semua yang berjalan di depan menoleh ke balakang. Mata mereka terbuka
lebar dan jantung mereka berdegup kencang. Tampak di depan mereka berdiri sosok
bertubuh besar. Tingginya mencapai 3m
jika ia berdiri tegak. Matanya berwarna merah. Dari hidungnya keluar uap yang
hilang timbul ketika ia menarik nafas. Dari mulutnya keluar buih yang
sepertinya sangat beracun. Dari tubuhnya menetes air yang berwarna hitam.
Mungkin ia baru saja keluar dari kolam yang ada di sampingnya.
“Slocumb,” kata Gerald
merinding.
Dengan tatapan kemarahan hewan
itu menatap semua Elf yang ada di depannya. Membuat kuda-kuda yang ada di dekat
mereka menjadi ketakutan dan hilang kendali. Slocumb merendahkan tubuhnya,
tangannya menyentuh tanah, cakarnya yang panjang mencapai 50cm. Ia menarik
nafas dalam dan mengeluarkan teriakan kemarahan kearah Elf yang ada di
depannya. Dari dalam mulutnya keluar buih dan nafasnya sangat bahu. Begitu
banyak udara keluar dari mulutnya ketika ia bersorak marah. Membuat buih yang
ada di ujung bibirnya berterbangan dan mengenai pakaian salah satu prajurit.
Baju besi yang terkena air liurnya perlahan meleleh.
“Lari!!!!!!!!” soraknya seraya
berbalik arah.
Semuanya langsung berlari
mengikuti kuda-kuda yang juga ikut berlari. Mereka melepaskan kuda-kuda itu
agar dapat menuntun mereka menuju jalan keluar. Dengan katakutan semuanya
berlari menjauhi Slocumb yang mulai mengejar mereka. Saat slocumb jauh
tertinggal Skriel menghentikan langkahnya.
“Lary!” panggilnya,
“Sembunyikan mereka. Kami akan menyelesaikannya,” perintahnya sambil mendorong
lembut tubuh Vav kearah teman-temannya yang berdiri di dekat Lary.
“No! itu berbahaya Skriel. Kau
bisa terbunuh,” tahan Vav maju satu langkah.
“Ayolah Vav. Jika kami tidak
menahannya disini dia akan terus mengejar kita,” bantah Skriel menoleh kearah
Slocumb yang berhasil mengejar mereka. “Sekarang sembunyilah,” perintahnya
sambil mengambil anak panah di punggungnya dan meletakkannya di busur. Skriel
menarik tali busur itu dan mengarahkannya kearah Slocumb yang mengejar
pasukannya. Saat merasa sasarannya telah pas, Skriel melepaskan anak panahnya.
Dengan cepat anak panah itu melesat membelah udara dan langsung menancap di
lengan Slocumb.
Slocumb langsung merintih
kesakitan menyentuh lengannya yang terhunus anak panah. Kemarahannya memuncak
dan ia kembali meraung. Dengan cakarnya yang panjang ia berusaha meraih
prajurit yang ada di dekatnya. Namun sialnya pedang sang prajurit berhasil
mengenai tubuhnya. Dengan marah ia melambaikan tangannya yang panjang dan
memukul semua yang ada di depannya. Tiga prajurit yang ada di dekatnya
terpental dan membentur pohon. Slocumb itu kembali berlari kearah Skriel yang
melepaskan anak panah kearahnya. Prajurit yang lain berusaha untuk menahannya
dengan menebaskan pedang mereka. Namun kemarahan Slocumb itu sudah tidak
tertahankan lagi. Ia kembali melayangkan tangannya dan menghalau prajurit itu.
Merasa tidak tahan lagi, Vav
yang berada di persembunyian keluar dan berlari kearah Skriel. Saat Slocumb
berjarak hanya beberapa meter di depan Skriel, Vav berhenti dan merentangkan
kedua tangannya.
“STOP!!!!!” perintahnya kepada
Slocumb yang berlari kearahnya.
Slocumb itu menatap mata gadis
itu dan langsung menghentikan langkahnya. Namun langkahnya yang begitu cepat
sulit untuk dihentikan walaupun ia telah berusaha untuk menghentikannya.
Akhirnya tubuhnya dapat berhenti tepat satu meter di depan Vav.
“Kau mungkin marah karena
mereka telah meremehkanmu, tapi mereka adalah orang-orang baik. Kau tidak boleh
membunuh mereka. Maafkanlah mereka,” tutur Vav menatap mata Slocumb itu
lekat-lekat.
Perlahan-lahan Slocumb itu
berubah menjadi tenang dan melangkah mundur. Dia berusaha menghindari tatapan
Vav. Dengan geram ia melihat Skriel dan pasukannya yang masih memegang senjata.
“Jatuhkan senjata kalian!”
perintah gadis itu, “Percayalah padaku,” tambahnya ketika tidak ada satupun
yang menjatuhkan senjata mereka.
Mereka langsung menjatuhkan
senjata mereka ketika mendengar kayakinan dari suara Vav.
“Sekarang kau bisa meninggalkan
kami. Kami tidak akan menyakitimu lagi,” tutur Vav masih memandang mata Slocumb.
Perlahan-lahan matanya yang
berwarna merah berubah menjadi coklat dan buih dari mulutnya juga berkurang.
Vav melangkah mendekati hewan buas itu dan menyentuh lengannya yang tertusuk
panah. Dengan lembut Vav mencabut panah yang tertancap di dagingnya yang kuat.
Saat panah itu berhasil dicabut Slocumb merintih kesakitan dan sedikit
mengeluarkan air mata. Vav langsung menyekanya. “Sekarang kau boleh pergi,”
perintahnya. Sesuai perintah ia langsung berlari menjauh kearah ia datang tadi.
“Kita harus segera pergi dari
sini sebelum ia kembali,” saran Vav menghadap kearah Skriel yang masih
terkejut.
“Bagaimana kau melakukannya?”
tanya Austin yang berdiri di belakang Skriel.
“Entahlah. Aku hanya manatapnya
dan berusaha meyakinkannya,” jawab Vav menjatuhkan anak panah yang berlumuran
darah.
“Hanya kaum Swytch yang bisa
menghentikan binatang buas yang mengamuk,” tutur Skriel memasukkan busur
ketempatnya, “Tapi Swytch hanyalah legenda.”
“Skriel!” panggil seorang
prajurit dari kejauhan.
Skriel langsung berlari kearah
suara dan tampak seorang prajurit tengah merangkul tubuhnya temannya.
“Zarton terluka. Sebuah ranting
menancap di perutnya dan air liur Scolumb mengenainya.”
Skriel memerintahkan kepada
anak buahnya untuk membaringkan Zarton yang tampak menahan rasa sakit. Keringat
dingin menetes di pelipisnya, tubuhnya memucat dan nafasnya sesak.
“Kita harus membawanya ke desa
terdekat sebelum terlambat,” tutur Skriel memeriksa luka prajuritnya. Kamudian
ia bersiul memanggil kudanya. Beberapa detik kemudian datang serombongan kuda
yang tadi menyelamatkan diri. Mereka langsung menaiki kuda masing-masing dan
berjalan pelan menjauhi sarang Slocumb.
“Kita harus menunggang kuda dengan
cepat agar sampai di desa terdekat,” tutur Skriel.
Saat mereka telah jauh dari
sarang Scolumb, hutan kembali normal. Tumbuhnya tidak terlalu rapat, dahannya
juga tinggi sehingga mereka bisa menunggang kuda tanpa harus membungkuk. Tanah
yang mereka pijaki sudah tidak lembek lagi sehingga kuda-kuda dapat berlari
dengan leluasa tanpa takut akan terpuruk ke dalam tanah. Sementara itu Skriel
berusaha agar Zarton yang ikut bersamanya tidak terjatuh ketika kuda tengah
melaju.
Malam telah menjelang dan
mereka melewati tengah malam tanpa berhenti untuk berisitrahat. Saat matahari
muncul kembali mereka telah sampai di Delgaqua. Orang-orang menyebutnya sebagai
teras Delgaquados karena ukurannya yang hampir setengah hutan Delgaquados.
Mereka berkuda membelah lapangan terbuka yang luas. Tidak begitu banyak rumput
yang tumbuh di tempat itu. Mereka hanya menginjak tanah keras dan berbatu. Di sebelah kanan
mereka tampak pegunungan menjulang tinggi. Mencoba menghalangi penglihatan
mereka untuk menerka-nerka apa yang ada di balik pegunungan itu.
Lagi-lagi mereka tidak
melakukan istirahat ketika bulan telah menampakkan diri. Mereka hanya melewati
Delgaqua dalam diam dan terburu-buru mengingat luka serius yang di derita
Zarton. Ia tampak semakin lemah dipangkuan Skriel. Itu membuat ia memacu kuda
lebih cepat lagi. Tiadanya pohon yang tumbuh membuat mereka dapat melaju dengan
cepat karena mereka tidak harus berhati-hati agar tidak menabrak pohon di dalam
gelap.
Mereka menemukan sebuah sungai
yang membelah Delgaqua. Dan memilih menyeberanginya langsung. Karena jika
mereka melewati jembatan maka mereka harus menyusuri tepian sungai sejauh
bermil-mil kearah timur. Dengan hati-hati mereka menyeberanginya karena waktu
itu sungai berarus kuat dan airnya cukup tinggi. Begitu berhasil melewatinya
mereka berkuda memasuki hutan kecil yang memanjang di sepanjang tepian sungai. Tidak sampai 10 menit mereka dapat keluat dari hutan kecil itu.
“Kita sudah dekat,” sorak
Skriel ketika mereka telah meninggalkan sungai cukup jauh.
Dari kejauhan tampak
titik-titik cahaya berwarna merah. Semangat mereka kembali menggebu karena
mengetahui desa telah dekat. Namun yang membuat mereka kembali murung adalah
ketika mereka tidak menemukan satupun bintang yang bertengger di langit. Namun
di balik awan tampak bulan yang tengah mengintip mereka dengan malu. Awan
mendung tampak menutupinya. Perlahan awan itu menjadi lebih gelap dan berat.
Dan akhirnya mimpi burukpun terjadi. Tetes demi tetes hujan mulai membasahi
tubuh mereka. Namun mereka tetap melanjutkan perjalan karena desa sudah
terlihat jelas di mata mereka.
Dengan setengah menggigil
karena kedinginan Lary turun dari kudanya dan berjalan kearah gerbang yang
terkunci rapat. Sepertinya desa ini tidak akan membiarkan orang asing untuk
masuk.
“Siapa kalian?” tanya penjaga
gerbang sambil membuka sebuah jendela kecil di pintu gerbang.
“Kami para prajurit yang ingin
beristirahat,” jawab Lary menggigil.
Penjaga gerbang itu melihat ke
belakang Lary dan berfikir sejenak, “Siapa kalian?” tanyanya lagi.
Sebelum menoleh kearah penjaga
ketika Skriel menggangguk kearahnya, “Kami prajurit dari Alvares. Dan salah
satu dari kami ada yang terluka parah. Dia membutuhkan pertolongan seorang
dokter,” tuturnya.
“Prajurit dari Alvares? Dengan
dua orang wanita?” tanyannya yang juga menggigil.
“Ya,”
Penjaga itu menutup jendela
kecil itu dengan keras. Lalu terdengar suara kunci yang berdencing bersama
gembok besar. Gembok itu terbuka sambil meninggalkan suara rantai yang ditarik.
Gerbang berderit dan terbuka. Tampak sesosok Elf muda berambut panjang memakai
jubahnya dengan lentera ditangannya muncul dari balik gerbang.
“Aku mendapat kabar, bahwa akan
ada prajurit dari Alvares yang akan datang dan membutuhkan tempat untuk
beristirahat,” tuturnya mengangkat lentera yang ada di tangannya, “Silahkan
masuk. Kalian disambut baik disini,” tambahnya ramah.
Tanpa pikir panjang lagi,
mereka langsung memasuki desa dan mengikuti panjaga gerbang. Ia berjalan anggun
dibawah rintik hujan dan membiarkan jubahnya menyapu air yang dilewatinya.
Penjaga gerbang itu langsung membawa mereka kesebuah penginapan yang telah
disediakan untuk mereka. Kuda-kuda mereka tinggalkan di luar atas perintah
penjaga gerbang. Ia meyakinkan mereka bahwa kuda-kuda itu akan dijaga oleh
penjaga peternakan. Begitu sampai di dalam penginapan Skriel meletakkan Zarton
di atas kursi agar tubuhnya dapat
beristirahat sejenak. Sang penjaga gerbang langsung menemui pemilik penginapan
dan mohon pamit karena gerbang tidak ada yang menjaga. Dengan anggukan kecil ia
pergi meninggalkan penginapan.
“Fraz akan memanggilkan dokter
untuk teman kalian. Dan mulai dari sini kalian adalah tanggung jawabku,”
tuturnya, “Kalian bisa memanggilku Acquezis,” tambahnya.
“Mohon bantuannya,” tutur
Skriel sopan.
“Kalian sebaiknya menghangatkan
diri dan pakaian kalian akan dikeringkan. Sementara itu aku akan menyiapkan
makan malam kalian dan mengurus teman kalian,” tutur wanita berambut hitam itu,
“Pelayanku akan menunjukkan kepada kalian kamar yang akan kalian tempati,”
tambahnya.
masih ada lanjutannya lo,,
masih ada lanjutannya lo,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar